Hampir
semua jazad mikro, tumbuhan tinggi dan hewan membutuhkan nitrogen
(amonia,nitrat). Bentuk nitrogen anorganikini begitu juga nitrogen organik
(protein,asam amino,asam nukleat dll.) relatigf sedikit ditemukan di dalam
tanah/air, dan konsentrasinya kadang-kadang merupakan faktor pembatas bagi
pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman akan N dapat dipenuhi dari berbagai
sumber, termasuk dari udara. Untuk mengambil N dari udara tanaman membutuhkan
bantuan bakteri simbiotik yang berugas sebagai penambat N. namun selain bakteri
imbiotik ada juga bakteri non simbiotik yang dapat menambat N. .
· Bakteri penambat N
Tipe/Sifat
|
Jenis Mikroorganisme
|
Asimbiotik/Asosiasi:
Bakteri Aerobik
Bakteri Mikroaerofilik
Bakteri Fakultatif
Bakteri Anaerobik
Blue Green Algae/fotosintetik
|
Azotobacter, Beijerinckia
Azospirillum, Thiobacillus,
Spirillum
Bacillus, Escherichia, Pseudomonas
Clostridium, Desulfovibrio
Nostoc, Anabaena, Rhodospirillum
|
Simbiotik:
Bakteri
Blue Green Algae
|
Rhizobium-Legum
Anabaena azollae-Azolla
|
Penambat
Nitrogen non-simbiotik:
-Azotobacter,
hidup di rhizosfer tanaman di lahan kering
-Clostridium,
hidup di tanah tergenang/ tanah sawah
-Azospirillum,
hidup di permukaan / dalam akar
-Cyanobacteria,
BGA, hidup di tanah tergenang /tanah sawah
Penambat
Nitrogen simbiotik:
-Rhizobium-
hidup dalam bintil akar leguminosae
-Anabaena
azollae-hidup dalam daun Azolla pinnata
· Penambatan Nitrogen
Penambatan
nitrogen adalah proses yang menyebabkan nitrogen bebas digabungkan secara kimia
dengan unsur lain. Dalam atmosfer dengan satuan luas satu acre (0,46 ha) tanah
diperkirakan ada 35.000 ton nitrogen bebas. Walaupun esensial mutlak bagi
kehidupan, tidak satu molekulpun dapat digunakan begitu saja oleh tumbuhan,
hewan atau manusia tanpa campur tangan jazad mikro penambat nitrogen.
Sejumlah
jazad mikro tanah dan air mampu menggunakan molekul nitrogen dalam atmosfer
sebagai sumber N. Jazad mikro ini dibagi menjadi dua kelompok menurut cara
penambatan N yang dilakukan yaitu :
Penambatan
N secara non-simbiotik, yaitu jazad mikro yang mampu
mengubah molekulNmenjadi nitrogen sel secara bebas tanpa tergantung pada
organisme hidup lainnya.
Jazad
mikro penambat N itu secara enzimatis menggabungkan N atmosfer dengan
unsur-unsur lain untuk membentuk senyawa N-organik dalam sel hidup. Dalam
bentuk organik ini kemudian N dilepaskan kedalam bentuk terlambat, tersedia
bagi tanaman baik secara langsung maupun melalui aktifitas jasad mikro.
Penambatan N
non-simbiotik dapat juga terjadi di atmosfer akibat halilintar dan nitrogen oksida
yan terbentuk oleh pembakaran mesin dapat mengalami fotokimia dan nitrogen yang
terikat dengan cara ini jatuh ke tanah bersama air hujan.
Penambatan
Nitrogen Secara Simbiotik
Dalam
sistem ini penambatan molekul nitrogen adalah hasil kerja sama mutualisme
antara tumbuhan (leun dan tumbuhan lain) dengan sejenis bakteri. Masing-masin
simbion secara sendiri-sendiri tidak dapat menambat nitrogen. Simbiosis antara
bakteri dengan tumbuhan, misalnya antara species Rhizobium dengan legum adalah
endosimbiosis, karena berlangsung didalam tumbuhan. Bakteri hidup dalam sel dan
jaringan tumbuhan.
Di dalam
tanah, bakteri Rhizobium bersifat organotrof, aerob, bentuk batang pleomorfi,
gram negatif, tidak berspora dan berflagella (1-6). Bakteri ini mudah tumbuh
dalam media biakan khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Suhu optimum
antara 25-300C dengan pH optimum 7,0.
Bakteri
Rhizobium bila masuk ke dalam sistem perakaran legum menyebabkan pembentukan
bintil akar. Dalam bintil akar bakteri berubah bentuk menjadi bakteroid (bentul
L,V,Y,T,X). Bakteri dalam bentuk bakteroid dapat menambat nitrogen dari udara
dengan bantuan enzim nitrogenase yan dibentuk bakteri. Rhizobium yang tumbuh
dalam bintil akar legum mengambil langsun nitrogen dari udara. Dengan aktivitas
sselam abersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawa
nitrogen organik seperti asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam
tumbuhan, bakteri dan tanah di sekitarnya. Penyediaan hara nitrogen oleh
Rhizobium dapat mencapai 60-75 % dari jumlah yang dibutuhkan tumbuhan.
Agar
mendapatkan keuntungan yang maksimum dari kegiatan Rhizobium, kita tidak dapat
semata-mata tergantung pada infeksi spontan oleh mikroflora tanah. Banyak
tampat yang mengandung Rhizobium yang tidak efektif. Jadi inokulasi dengan
galur bakteri Rhizobium terpilih yang sesuai dengan tanaman inangnya dan
mempunyai daya saing yang tingi terhadap mikroflora asli pada tanah setempat
akan memberikan respons yang sangat nyata.
Penambatan
Nitrogen Non-Simbiotik
Penambatan
nitrogen secara hayati yang non sinbiotik dilakukan oleh jasad mikro yang hidup
bebas. Menurut Tedja Imas dkk. (1989), beberapa jasad mikro yang dapat menambat
N2 secara non simbiotik adalah Azotobacter. Bakteri ini
bersifat mesofilik dan aerob obligat dengan laju respirasi yang sangat tinggi.
Efisiensi penambatan nitrogen rendah sehinga kurang berarti di alam Species
lain adalah Beijerinckia dan Derxia, bersifat aerobik dan tumbuh baik pada
keadaan asam (sampai pH 3). Bakteri ini umum dijumpai di tanah-tanah trofis.
Ada dua
cara yang baik untuk mengukur perubahan nitrogen/penambatan nitrogen adalah :
1.
Penggunaan isotop 15N2 dengan cara ini jazad
mikro yang diteliti ditumbuhkan dengan diberi 15N2 maka
akan tergabung ke dalam protoplasma. Tehnik ini cukup sensitif dan tepat,
tapi 15N2sangat mahal harganya dan diperlukan alat
canggih spektrotometer yang mahal.
2. Dengan
uji redaksi asetilin, metode ini berdasarkan pada prinsip bahwa jazad mikro
yang dapat mereduksi N2 (berikatan 3) juga dapat mereduksi asetilin (juga berikatan
3).
N = N
------reduksiĆ 2NH3
HC = CH
------reduksiĆ H2N = CH3
Gas
estilen yang merupakan hasil reduksi asetelin dapat ditentukan dengan mudah
dengan menggunakan gas kromatografi. Cara ini termasuk sensitif, memerlukan
substrat (asetelin) yang tidak mahal, dan gas kromatografi merupakan alat yang
umum dipakai di banyak lab.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penambatan nitrogen non simbiotik adalah faktor lingkungan,
terutama ciri kimia dan fisika habitatnya (Tedja Imas,1989). Faktor-faktor
tersebut meliputi ketersediaan senyawa nitrogen, kesediaan nutrigen anorganik,
macam sumber energi yang tersedia, pH, kelembab,dan suhu.
Jazad
mikropenambat N2 pada umumnya juga mampu menggunakan amonium,
nitrat, dan senyawa nitroge organik. Amonium lebih disukai dan bersama-sama
dengan senyawa-senyawa yang dapat diubah menjadi amonium (seperti urea dan
nitrat) merupakan penghambat penambatan nitrogfen yang paling efektif.
Bila jazad
mikro penambatan nitrogen ditumbuhkan pada media yang mengandung garam-garam
amonium dan senyawa nitrogen lainnya, beberapa nutrien anorganik diperlukan
dalam jumlah lebih sedikit daipada medium tersebut bebas dari
nitrogen. Dalam penambatan nutrigen diperlukan molibdenum, besi, calsium
dan kobalt dalam jumlah yang cukup.
Bagi jazad
heterotrof, tersedianya sumber energi merupakan faktor utama yang membatasi
laju dan besarnya asimilasi N2. Penambatan gula sederhana, selulosa,
jerami, atau sisa-sisa tanaman dengan nisbah C/N yang tinggi seringsekali
meningkatkan dengan nyata transformasi N.
pH
mempunyai pengaruh yang nyata, Azotobacter dan Sianobakteri tergolong sangat
peka pada tanah-tanah dengan pH kurang dari 6,0 sedangkan Beijerinckia tidak
peka dan dapat tumbuh dan menambat N2 pada pH 3-9.
Kelembab
tanah sering kali menentukan laju penambatan nitrogen dan kandungan air optimum
tergantung pada tanah yang bersangkutan dan jumlah bahan organik yang tersedia.
Bila kelembaban terlalu tinggi maka keadaan aerobik berubah menjadi anaerobik.
Suhu
optimum bagi penambatan nitrogen adalah suhu sedang. Penambatan terhenti pada
suhu beberapa derajat di atas suhu optimum. Di beberapa daerah beriklim sedang
bagian Utara didapati bahwa penambatan nitrogen masih berlangsung sekalipun
pada musim dingin. Jazad mikro pelakunya diperkirakan algae atau lumut kerak.
Nitrifikasi
Nitrogen
atmosfer memasuki sistem tanah, selanjutnya melalui berbagai tahapan proses
sebagian dari nitrogen tersebut dibebaskan dalam danah sebagai ion
amonium. N-amonium yang masuk ke dalam tanah digunakan oleh jazad
amonifikasi dan jazad mikro lain yang dapat menggunakan senyawa tersebut,
sebagian diserap oleh tanaman, serta sebagian lagi diikat oleh meneral liat.
Selebihnya akan segera dioksidasi oleh bakteri-bakteri tertentu untuk
mendapatkan nitrogen dan energinya. Yang terakhir ini dikenal sebagai
nutrifikasi karena hasil akhirnya adalah N-nitrat. Nutrifikasi merupakan
tahapan mineralisasi nitrogen sesudah amonifiksi.
Pembentukan
nirat merupakan proses kimia alami, yaitu reaksi antara oksigen dan amonium
daerah tanah sebagai katalisatornya. Pada tahun 1862, Pasteur mengfajukan
hipotesis bahwa pembentukan nitrat tersebut adalah proses biologi yang analog
dengan pembentukan alkohol menjadi cuka.
Peran lain mikroba dalam bidang
pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam
hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos yang
diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di
dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman.
Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu
mempercepat proses pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu
saja. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos
tersebut diberikan ke tanah, mikkroba akan berperan untuk mengendalikan
organisme.
Dalam hal penyediaan dan penyerapan
unsur hara bagi tanaman(biofertilizer),
aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang
penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K).
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung
dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula
yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil
akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N
non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N
simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba
penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan
dalam penyediaan unsur hara adalah mkroba pelarut unsur fosfat (P) dan kalium
(K). Kandungan P yang cukup tinggi (jenuh) pada tanah pertanian kita, sedikit
sekali yang dapat digunakan oleh tanaman karena terikat pada mineral liat
tanah. Di sinilah peran mikroba pelarut P yang melepaskan ikatan P dari mineral
liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain:Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium.Mikroba
yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan
K.
Mikroba sebagai agen biokontrol.
Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana ,Paecilomyces
fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae .
Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang
dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang
mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP
(jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di
pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.
KESIMPULAN
Nitrogen (N)
merupakan hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman.
Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau
NH4+ dari tanah. Kekahatan
nitrogen (N) merupakan permasalah yang terjadi
di
lahan tergenang, dimana kadar nitrogen
cenderung rendah sehingga
pengelolaan nitrogen pada lahan basah seharusnya menekankan
pada aspek biologi (mikrobiologi). Karena itulah
untuk meningkatkan
ketersediaan dan kadar nitrogen (N)
dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa mikrobia penambat nitrogen, baik yang
hidup bebas dari kelompok algae hijau-biru seperti Nostoc, Anabaena sp,
Gloeothecea, dll., kelompok bakteri seperti Azotobacter, Beijerinckia, Azospirilum dan
Clostridium. Pada lahan basah sendiri, sianobakteria seperti Anabaena dan Nostoc
merupakan jasad yang paling penting dalam menambat N2 udara.
Sebagian sianobakteria membentuk heterosis yang memisahkan nitrogenase yang
sensitif terhadap O2 dari ekosistem yang menggunakan O2
(lingkungan aerobik). Sianobakteria penambat nitrogen dapat hidup bersimbiosis
dengan jasad lain, seperti dengan jamur pada lumut kerak (Lichenes),
dengan tanaman air Azolla misalnya Anabaena azollae. Harus diperhatikan
juga bahwa peralihan fungsi lahan basah menjadi lahan pertanian sangat
berpotensi dalam penurunan nitrogen termineralisasi (NO), sehingga terjadi
penurunan juga terhadap waktu paruh mineralisasi dimana semakin berkurangnya
waktu yang digunakan untuk menyediakan nitrogen. Karena itulah dalam pembukaan
lahan baru harus memperhatikan keadaan tanah, kelestarian lingkungan, dan
sosial ekonomi daerah setempat.